Boros atau Worth It? Begini Cara Bedainnya

Pernah merasa menyesal setelah membeli sesuatu? Baru gajian, tapi saldo sudah menipis dan kamu pun bertanya-tanya: semua uang ini habis untuk apa?

Kamu tidak sendiri. Banyak orang kesulitan membedakan antara pengeluaran yang boros dan yang sebenarnya worth it alias memberi nilai lebih. Di satu sisi, beli kopi tiap hari terlihat boros. Tapi kalau itu bantu kamu tetap fokus bekerja, bisa jadi justru investasi produktivitas. Sebaliknya, beli gadget terbaru hanya demi ikut tren bisa tergolong pemborosan meski kamu merasa “mampu”.

Kenapa Sering Tertukar?

Salah satu penyebabnya adalah emosi. Saat stres, kita sering pelarian lewat belanja. Diskon dan flash sale memberi ilusi bahwa pengeluaran itu wajar. Di sisi lain, banyak juga yang merasa bersalah saat harus keluar uang untuk hal penting seperti kursus atau upgrade alat kerja, padahal itu masuk kategori worth it.

Membedakan keduanya butuh kesadaran. Bukan hanya soal harga, tapi juga soal dampak jangka panjang dan hubungannya dengan tujuan finansialmu.

Tanda Pengeluaran Boros

  1. Tidak Ada Manfaat Jangka Panjang
    Kamu membelanjakan uang untuk sesuatu yang hanya memberi kepuasan sesaat, tanpa efek berkelanjutan.
  2. Dilakukan Karena FOMO
    Membeli barang hanya karena takut ketinggalan tren atau melihat orang lain punya.
  3. Mengganggu Anggaran Kebutuhan Pokok
    Kalau pengeluaran tersebut membuat kamu kesulitan memenuhi kebutuhan utama seperti makan, transportasi, atau tabungan, bisa dipastikan itu boros.

Tanda Pengeluaran Worth It

  1. Memberi Manfaat Produktif
    Misalnya, langganan software kerja, kursus online, atau perlengkapan yang menunjang performa.
  2. Nilainya Lebih Besar dari Harga
    Biaya gym mungkin terasa mahal, tapi kalau hasilnya kesehatan meningkat dan produktivitas naik, itu worth it.
  3. Tidak Merusak Anggaran
    Selama pengeluaran sudah direncanakan dan sesuai budget, maka tidak bisa disebut boros.

Bagaimana Cara Menyeimbangkan Keduanya?

Triknya ada pada perencanaan keuangan. Pisahkan pengeluaran ke dalam kategori: kebutuhan pokok, tabungan, investasi, dan gaya hidup. Jika porsi untuk gaya hidup terlalu besar hingga mengorbankan tabungan, berarti ada yang salah.

Di sinilah pentingnya memanfaatkan teknologi. Dengan aplikasi bank digital, kamu bisa memantau setiap transaksi secara real-time. Semua pengeluaran tercatat otomatis, sehingga kamu bisa melihat pola belanja bulanan dengan jelas. Dari data ini, lebih mudah menentukan mana yang perlu dikurangi, mana yang sebaiknya dipertahankan.

iPhone Baru, Boros atau Worth It?

Misalnya kamu ingin beli iPhone baru seharga Rp15 juta. Kalau kamu adalah content creator, desainer, atau fotografer, ini bisa jadi worth it. Performa dan fitur baru bisa menunjang kerja, bahkan meningkatkan pendapatan.

Tapi kalau kamu hanya pakai HP untuk browsing dan chat, membeli model terbaru karena ikut tren lebih cenderung boros. Fungsi dasarnya tidak berbeda jauh dari ponsel lamamu, tapi efeknya ke dompet bisa cukup besar dalam jangka panjang.

Krom Bank, Partner Pintar Mengelola Pengeluaran

Untuk bantu kamu membedakan mana pengeluaran yang sehat dan mana yang sebaiknya dikurangi, Krom Bank bisa jadi partner ideal.

Setiap transaksi tercatat otomatis, sehingga kamu bisa evaluasi pengeluaran secara real-time. Fitur hingga 20 kantong tabungan dan 40 deposito memungkinkan kamu memisahkan dana untuk belanja, tabungan, dan kebutuhan produktif.

Ditambah lagi, bunga tabungan 6% per tahun, dan deposito hingga 8,25%, membuat uangmu tetap berkembang. Kalau butuh dana darurat, deposito bisa dicairkan tanpa penalti. Gratis 100x transfer per bulan dan tanpa biaya admin, plus diawasi langsung oleh OJK dan BI, bikin semua terasa aman dan efisien.